Manusia dan Harapan
Ilmu Budaya Dasar
MANUSIA DAN HARAPAN
-
Disusun Oleh -
Ashabi Muhammad (11115086)
Akbar Aris Usman (10115413)
Alvin Yulialdi (10115589)
Rio Kevin (16115033)
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan Rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Manusia dan Harapan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Daftar Isi
Kata Pendahuluan…………………………………………………………………………………………………………………. ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………….. 1
A.
Latar
Belakang Masalah……………………………………………………………………… ……………….. 1
B.
Pembatasan
Masalah……………………………………………………………………………………………. 1
C.
Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………………… 1
BAB II MANUSIA DAN HARAPAN………………………………………………………………………………………… 2
A.
Pengertian
Harapan……………………………………………………………………………………………….. 2
B.
Harapan
Sebagai Fenomena Nasional…………………………………………………………………….. 2
C.
Kepercayaan………………………………………………………………………………………………….……….. 3
D.
Manusia
dan Harapan……………………………………………………….………………………………..….. 4
E.
Harapan
Terakhir……………………………………………………………………………………..…...……….. 5
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………….. 6
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….…………….. 6
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………….………….. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Harapan berasal dari
kata harap, yaitu keinginan supaya suatu terjadi atau sesuatu yang belum
terwujud.Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga
berangkat dari usaha.Harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu
sesuatu yang lebih baik,untuk meraih sesuatu yang lebih baik juga.Harapan dan
rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan.
B.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah
meliputi : definisi harapan,harapan sebagai fenomena
nasional,kepercayaan,manusia dan harapan,nilai – nilai budaya sebagai tolak
ukur dan harapan terakhir.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatassan masalah diatas,kami menerangkan beberapa rumusan masalah yang
diangkat antara lain :
1.
Pengertian
dan makna harapan.
2.
Harapan
sebagai fenomena nasional.
3.
Kepercayaan.
4.
Manusia
dan harapan.
5.
Harapan
terakhir.
BAB II
MANUSIA DAN HARAPAN
A.
Pengertian Harapan
Harapan berasal dari
kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan
atau keinginan itu hati.Putus harapan berarti putus asa. Harapan artinya
keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan
manusia tidak ada artinya. Manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak
dapat diharapkan.
Dalam diri manusia ada
dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat
itu ialah menangis, tertawa, berpikir, bercinta, berkata, mempunyai keturunan, dsb.
Kebutuhan hidup adalah kebutuhan
jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah pangan, sandang dan papan sedangkan
kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahteraan, kepuasan hiburan, dsb.
Sehubungan dengan
kebutuhan manusia, Abraham Maslow mengategorikan kebutuhan manusia menjadi lima
macam, yang merupakan lima harapan manusia ialah:
1.
Harapan
untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2.
Harapan
untuk mendapatkan keamanan (safety)
3.
Harapan
untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving and
love)
4.
Harapan
memperoleh status atau untuk diterima/diakui lingkungan
5.
Harapan
untuk memperoleh perwujudan dan cita–cita (self actualization)
B.
Harapan Sebagai Fenomena Nasional
Harapan dalam satu dan
lain hal bisa disebut sebagai fenomena yang universal sifatnya. Artinya harapan
adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun juga. Ini
berarti setiap manusia, tidak peduli latar belakangnya, mempunyai keinginan
untuk terpenuhinya segala harapan yang ada pada dirinya. Dan begitu
menggejalanya harapan tersebut sampai-sampai orang yang akan meninggalpun tetap
menaruh harapan-harapan tertentu dengan cara meninggalkan pesan-pesan, baik
secara lisan atau melalui surat wasiat kepada ahli waris yang ditinggalkan.
Tentang keinginan dan
kebutuhan manusia sudah banyak ahlinya yang mengupasnya. Salah satu pendapat mengatakan
bahwa keinginan itu tidak lain merupakan bentuk lain dari kehendak manusia yang
begitu kuat. Tegasnya harapan yang sangat mendalam akan menimbulkan apa yang
disebut emosi.Itulah mengapa kadang-kadang harapan seseorang sekaligus bisa
mempengaruhi emosi yang bersangkutan.
Dan bukanlah satu hal
yang berlebihan kalau dikatakan bahwa kepribadian massa yang berbentuk dalam
situasi semacam itu sekaligus didorong oleh nalurinya.Dalam pandangan banyak
ahli psikologi,dorongan naluri semacam itu hanyalah salah satu dari dorongan
naluri yang bisa berkembang dalam diri setiap manusia.Diluar itu masih banyak
lagi dorongan naluri seperti : dorongan untuk mempertahankan hidup,dorongan
sex,dorongan untuk mencari makan,dorongan untuk bergaul dengan
sesamanya,dorongan untuk berbakti, dorongan untuk meniru,dan ada juga dorongan
untuk menikmati keindahan.
Mengutip pandangan A.F.C.Wallace
dalam bukunya culture and personality,Mas Aboe Dhari menegaskan bahwa kebutuhan
merupakan salah satu isi pokok dari unsur kepribadian yang merupakan sasaran
dari kehendak,harapan,keinginan,dan emosi seseorang.
C.
KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal
dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Kepercayaan juga mengikat seseorang, sehingga dengan yakin melakukan hal yang
di percayainya tanpa ragu. Ada ucapan yang sering kita dengar :
1.
Ia tidak
pecaya pada diri sendiri.
2.
Bagaimanapun
juga kita harus percaya kepada pemerintah.
3.
Kita harus
percaya akan nasihat-nasihat kiai karena nasihat-nasihat itu diambil dari
ajaran kitab suci dan sebagainya.
Dengan contoh bebagai
kalimat diatas jelaslah bahwa dasarkepercayaan adalah kebenaran.
Kebenaran pengetahuan
yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat
dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalah orang yang diberitahukan itu
dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang di terima dari orang lain atas
kewibawaanya disebut kepercayaan.
Dalam beragama
terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya diberitahukan
langsung oleh Tuhan atau secara tidak langsung kepada manusia. Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima
dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah
keyakinan masing-masing. Keyakinan itulah yang harus dihormati, hak atas
keyakinan pribadi merupakan dasar dan
penghargaan diri dari semua orang seagama dengan dia, disebut toleransi.
Orang yang tahu
sebenarnya menyatakan sesuatu terhadap sesuatu. Oleh karena tahu akan sesuatu
terhadap sesuatu maka secara mental akan memunculkan keputusan.Karena putusan
merupakan hasil dari tahu akan sesuatu terhadap sesuatu maka haruslah diucapkan
atau diakatakan baik melalui lisan maupun tulisan ataupun dengan perantara. Mungkin
putusan itu hanya terpendam dalam hati saja. Kalau putusan itu dikatakan maka pernyataan itu
haruslah benar karena sebagai alat komunikasi, putusan ini menunjuk maksud.
Persesuaian antara
putusan dan keyakinan disebut kebenaran etis. Kebenaran etis disebut juga
kebenaran subjektif dan kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif.
Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatkanya :
Didunia ini ada
berbagai kepercayaan,tetapi semua kepercayaan harus berdasar pada kebenaran dan
sumber kebenaran berasal dari manusia, sesuai dengan contoh-contoh diatas
sehingga dalam hal ini kepercayaan dapat dibedakan atas:
1.
Kepercayaan
pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri
sendiri perlu ditanamkan pada setiap pribadi manusia karena pada hakikatnya
percaya pada diri sendiri adalah percaya pada Tuhan yang maha esa.Percaya pada
diri sendiri adalah menganggap diri tidak salah,dirinya mampu mengerjakan apa
yang yang diserahkan atau dipercayakan.Contoh :
·
Wibisana,adik
Rahwana berkhianat kepada kakaknya dan bergabung dengan musuh kakaknya yaitu
Rama karena ia percaya bahwa dirinya benar.Ia memihak kepada kebenaran dan
kakaknya dianggap dipihak yang salah.
2.
Kepercayaan
kepada orang lain
Kepercayaan kepada
orang lain bisa berupa percaya kepada saudara, guru, orangtua atau siapa saja. Kepercayaan
ini sudah tentu karena percaya kepada kata hatinya. Ada sebuah pepatah
mengatakan “orang itu dipercaya karena ucapannya”. Misal orang berjanji sesuatu
itu dipenuhi, meskipun janji itu tidak didengar orang lain. Contoh :
·
Nyi Ratu
kalinyamat bertapa telanjang hanya berkainkan rambut(tapa wudha sinjang
rikma),karena menginginkan kematian pangeran jipang,arya penangsang.Ia akan
berhenti bertapa,bila penangsang sudah terbunuh.Akhirnya arya penangsang dapat
dibunuh oleh suta wijaya(putra angkat sultan Pajang).
3.
Kepercayaan
kepada pemerintah
Pandangan demokratis
mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat
adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah
negara).
Pandangan demokratis yang lain ialah tidak menyamakan
rakyat dengan negara, tetapi rakyat menjadi sumber kedaulatan sepenuhnya, pun
sumber kedaulatan dan segala hak. Apa
yang menjadi kehendak rakyat adalah hak itulah yang disebut kedaulatan mutlak (republik).
4.
Kepercayaan
kepada Tuhan
Kepercayaan kepada
Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan ada
dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting
karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya. Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan
daripadanya manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu
menyertai manusia. Kepercayaan, bahwa adanya zat itu merupakan kebenaran
mutlak.P erwujudannya terdapat dalam ikrar yang lisan yang dibenarkan dengan
hati dan dan dilaksanakan dalam perbuatan.
Berbagai usaha
dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.Usaha itu
antara lain :
•
Meningkatkan
ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita.
•
Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat (ambek paramartha).
•
Meningkatkan
kecintaan kita kepada sesama manusia manusia dengan jalan suka
menolong,dermawan dan sebagainya.
•
Mengurangi
nafsu pengumpulan harta yang berlebihan.
•
Menekan
perasaan negatif seperti iri,dengki,fitnah dan sebagainya.
D.
MANUSIA DAN HARAPAN
“Manusia tanpa
cita-cita ibarat sudah mati sebelum ajal” artinya orang yang tidak suka atau
tidak mempunyai cita-cita atau harapan itu tidak ubahnya seperti orang mati. Jadi
harapn itu sifatnya manusiawi, dimiliki oleh siapapun dan dari golongan
manapun. Bila ditinjau dari wujudnya dapat
dikatakan tidak terhinngaa, namun bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu
ialah hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam hubungan dengan
pendidikan moral,untuk mewujudkan “harapan” itu sebagai berikut :
1.
Harapan
seperti apa yang baik;
2.
Bagaimana
caranya mencapai harapan itu;
3.
Bagaimana
bila harapan itu tidak tercapai.
Sebab sering kita
saksikan banyak orang tua terlalu mengharapkan kepada anak-anaknya agar menjadi
seseorang yang memiliki jabatan atau pangkat yang tinggi. Menurut dugaannya
bahwa semua pangkat, jabatan yang tinggi mamapu mamberikan kebahagiaan. Padahal
belum tentu demikian. Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya didunia
saja,namun di akhirat, maka sudah selayaknya “harapan ” untuk hidup bahagia
dikedua tempat itu sudah kita niati.
Orang yang hanya
mengharapkan niatnya hidup kaya cenderung mudah sekali terseret kejalan yang
kurangbaik. Tidak jarang lalu menghalalkan cara untuk mendapatkan kekayaan
tersebut, tidak perduli itu teman atau lawan yang terpenting harapannya
tercapai. Akhirnya bila sudah kaya semata mata semuanya itu hanya untuk
memuaskan kehendaknya, memuakan hawa nafsunya. Karena kepuasannya dilandasi
dengan hawa nafsu maka selamanya tidak akan puas. Dan akhirnya yang didapat
bukanlah suatu kebahagiaan bila harapannya tidak tercapai namun suatu yang
selalu meresahkan hatinya karena kehendaknya tidak terpenuhi.
Tetapi lain halnya
dengan orang yang menyadari sepnuhnya bahwa apa yang ada pada dirinya hanyalah
titipan Tuhan, yang penggunaannya pun harus sesuai dengan kehendak-Nya. Maka
orang itu orang itu tidak akan pernah risau banyak atau sedikit yang didapat
maka ia akan mengeluarkannya dengan ikhlas untuk kepentingan yang disenangi
oleh Tuhan.
E.
HARAPAN TERAKHIR
Menurut aristoteles, hidup
dan kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya kehidupan itu
terjadi dengan sendirinya. Ia belum sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu
yang ada dibumi dan jagad raya berasal dari Tuhan. Dalam hidup didunia, manusia
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang beragam. Untuk menghadapi
persoalan-persoalan hidup, manusia belajar dari manusia lain, baik informal
maupun formal agar kehidupnya dapat lebih sejahtera.
Manusia meiliki
kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat
kebendaan, sedangkan kebetuhan rohani dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya
rohani, khususnya keagamaan.Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar
kebutuhan yang bersifat duniawi saja,tetapi juga bersifat ukhrowi.Dengan
demikian orang harus memikirkan soal-soal yang bersifat dunia - akhirat. Semakin
tinggi kesadaran kehidupan beragama semakin yakinlah mereka bahwa semua manusia
akhirnya akan mati .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia dan harapan
itu ibarat ruh didalam tubuh manusia, tanpa harapan atau cita - cita manusia
bagaikan mati sebelum ajal. Artinya semua manusia pasti mempunyai harapan, entah
itu diungkapkan atau tidak. Jadi harapan itu sifatnya manusiawi dan ada pada
setiap pribadi manusia. Intinya manusia dan harapan adalah satu ,tidak akan
terpisah.
Daftar Pustaka
maria_c.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38951/ibd+11.ppt
0 komentar :
Posting Komentar