Mei 2016

Selasa, 10 Mei 2016

Manusia dan Harapan


Ilmu Budaya Dasar
MANUSIA DAN HARAPAN







- Disusun Oleh -
Ashabi Muhammad                 (11115086)
Akbar Aris Usman                  (10115413)
Alvin Yulialdi                           (10115589)
Rio Kevin                                    (16115033)







UNIVERSITAS GUNADARMA




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manusia dan Harapan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.



Daftar Isi

Kata Pendahuluan………………………………………………………………………………………………………………….          ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………..           iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………..        1
A.      Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………… ………………..         1
B.      Pembatasan Masalah…………………………………………………………………………………………….          1
C.      Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………           1

BAB II MANUSIA DAN HARAPAN…………………………………………………………………………………………       2
A.      Pengertian Harapan………………………………………………………………………………………………..        2
B.      Harapan Sebagai Fenomena Nasional……………………………………………………………………..       2
C.      Kepercayaan………………………………………………………………………………………………….………..       3
D.      Manusia dan Harapan……………………………………………………….………………………………..…..       4
E.       Harapan Terakhir……………………………………………………………………………………..…...………..       5

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………..    6
A.      Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….……………..      6

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………….…………..   7



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Harapan berasal dari kata harap, yaitu keinginan supaya suatu terjadi atau sesuatu yang belum terwujud.Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha.Harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu sesuatu yang lebih baik,untuk meraih sesuatu yang lebih baik juga.Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan.
B.      Pembatasan Masalah
            Pembatasan masalah meliputi : definisi harapan,harapan sebagai fenomena nasional,kepercayaan,manusia dan harapan,nilai – nilai budaya sebagai tolak ukur dan harapan terakhir.
C.      Rumusan Masalah
            Berdasarkan pembatassan masalah diatas,kami menerangkan beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain :
1.       Pengertian dan makna harapan.
2.       Harapan sebagai fenomena nasional.
3.       Kepercayaan.
4.       Manusia dan harapan.
5.       Harapan terakhir.



BAB II
MANUSIA DAN HARAPAN
A.      Pengertian Harapan
            Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati.Putus harapan berarti putus asa. Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya. Manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan.
            Dalam diri manusia ada dorongan, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa, berpikir, bercinta, berkata, mempunyai keturunan, dsb.
             Kebutuhan hidup adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah pangan, sandang dan papan sedangkan kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahteraan, kepuasan hiburan, dsb.
            Sehubungan dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow mengategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam, yang merupakan lima harapan manusia ialah:
1.       Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2.       Harapan untuk mendapatkan keamanan (safety)
3.       Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving and love)
4.       Harapan memperoleh status atau untuk diterima/diakui lingkungan
5.       Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita–cita (self actualization)

B.      Harapan Sebagai Fenomena Nasional
            Harapan dalam satu dan lain hal bisa disebut sebagai fenomena yang universal sifatnya. Artinya harapan adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun juga. Ini berarti setiap manusia, tidak peduli latar belakangnya, mempunyai keinginan untuk terpenuhinya segala harapan yang ada pada dirinya. Dan begitu menggejalanya harapan tersebut sampai-sampai orang yang akan meninggalpun tetap menaruh harapan-harapan tertentu dengan cara meninggalkan pesan-pesan, baik secara lisan atau melalui surat wasiat kepada ahli waris yang ditinggalkan.
            Tentang keinginan dan kebutuhan manusia sudah banyak ahlinya yang mengupasnya. Salah satu pendapat mengatakan bahwa keinginan itu tidak lain merupakan bentuk lain dari kehendak manusia yang begitu kuat. Tegasnya harapan yang sangat mendalam akan menimbulkan apa yang disebut emosi.Itulah mengapa kadang-kadang harapan seseorang sekaligus bisa mempengaruhi emosi yang bersangkutan.
            Dan bukanlah satu hal yang berlebihan kalau dikatakan bahwa kepribadian massa yang berbentuk dalam situasi semacam itu sekaligus didorong oleh nalurinya.Dalam pandangan banyak ahli psikologi,dorongan naluri semacam itu hanyalah salah satu dari dorongan naluri yang bisa berkembang dalam diri setiap manusia.Diluar itu masih banyak lagi dorongan naluri seperti : dorongan untuk mempertahankan hidup,dorongan sex,dorongan untuk mencari makan,dorongan untuk bergaul dengan sesamanya,dorongan untuk berbakti, dorongan untuk meniru,dan ada juga dorongan untuk menikmati keindahan.
            Mengutip pandangan A.F.C.Wallace dalam bukunya culture and personality,Mas Aboe Dhari menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak,harapan,keinginan,dan emosi seseorang.
C.      KEPERCAYAAN
            Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Kepercayaan juga mengikat seseorang, sehingga dengan yakin melakukan hal yang di percayainya tanpa ragu. Ada ucapan yang sering kita dengar :
1.       Ia tidak pecaya pada diri sendiri.
2.       Bagaimanapun juga kita harus percaya kepada pemerintah.
3.       Kita harus percaya akan nasihat-nasihat kiai karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran kitab suci dan sebagainya.
            Dengan contoh bebagai kalimat diatas jelaslah bahwa dasarkepercayaan adalah kebenaran.
            Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalah orang yang diberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang di terima dari orang lain atas kewibawaanya disebut kepercayaan.
            Dalam beragama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya diberitahukan langsung oleh Tuhan atau secara tidak langsung kepada manusia. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima  dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Keyakinan itulah yang harus dihormati, hak atas keyakinan pribadi  merupakan dasar dan penghargaan diri dari semua orang seagama dengan dia, disebut toleransi.
            Orang yang tahu sebenarnya menyatakan sesuatu terhadap sesuatu. Oleh karena tahu akan sesuatu terhadap sesuatu maka secara mental akan memunculkan keputusan.Karena putusan merupakan hasil dari tahu akan sesuatu terhadap sesuatu maka haruslah diucapkan atau diakatakan baik melalui lisan maupun tulisan ataupun dengan perantara. Mungkin putusan itu hanya terpendam dalam hati saja. Kalau  putusan itu dikatakan maka pernyataan itu haruslah benar karena sebagai alat komunikasi, putusan ini menunjuk maksud.
            Persesuaian antara putusan dan keyakinan disebut kebenaran etis. Kebenaran etis disebut juga kebenaran subjektif dan kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif.
Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatkanya :
            Didunia ini ada berbagai kepercayaan,tetapi semua kepercayaan harus berdasar pada kebenaran dan sumber kebenaran berasal dari manusia, sesuai dengan contoh-contoh diatas sehingga dalam hal ini kepercayaan dapat dibedakan atas:
1.       Kepercayaan pada diri sendiri
            Kepercayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan pada setiap pribadi manusia karena pada hakikatnya percaya pada diri sendiri adalah percaya pada Tuhan yang maha esa.Percaya pada diri sendiri adalah menganggap diri tidak salah,dirinya mampu mengerjakan apa yang yang diserahkan atau dipercayakan.Contoh :
·         Wibisana,adik Rahwana berkhianat kepada kakaknya dan bergabung dengan musuh kakaknya yaitu Rama karena ia percaya bahwa dirinya benar.Ia memihak kepada kebenaran dan kakaknya dianggap dipihak yang salah.


2.       Kepercayaan kepada orang lain
            Kepercayaan kepada orang lain bisa berupa percaya kepada saudara, guru, orangtua atau siapa saja. Kepercayaan ini sudah tentu karena percaya kepada kata hatinya. Ada sebuah pepatah mengatakan “orang itu dipercaya karena ucapannya”. Misal orang berjanji sesuatu itu dipenuhi, meskipun janji itu tidak didengar orang lain. Contoh :
·         Nyi Ratu kalinyamat bertapa telanjang hanya berkainkan rambut(tapa wudha sinjang rikma),karena menginginkan kematian pangeran jipang,arya penangsang.Ia akan berhenti bertapa,bila penangsang sudah terbunuh.Akhirnya arya penangsang dapat dibunuh oleh suta wijaya(putra angkat sultan Pajang).

3.       Kepercayaan kepada pemerintah
            Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara).
            Pandangan  demokratis yang lain ialah tidak menyamakan rakyat dengan negara, tetapi rakyat menjadi sumber kedaulatan sepenuhnya, pun sumber  kedaulatan dan segala hak. Apa yang menjadi kehendak rakyat adalah hak itulah yang disebut kedaulatan mutlak (republik).
4.       Kepercayaan kepada Tuhan
            Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan daripadanya manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan, bahwa adanya zat itu merupakan kebenaran mutlak.P erwujudannya terdapat dalam ikrar yang lisan yang dibenarkan dengan hati dan dan dilaksanakan dalam perbuatan.
            Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.Usaha itu antara lain :
               Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita.
               Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat (ambek paramartha).
               Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia manusia dengan jalan suka menolong,dermawan dan sebagainya.
               Mengurangi nafsu pengumpulan harta yang berlebihan.
               Menekan perasaan negatif seperti iri,dengki,fitnah dan sebagainya.

D.      MANUSIA DAN HARAPAN
            “Manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum ajal” artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atau harapan itu tidak ubahnya seperti orang mati. Jadi harapn itu sifatnya manusiawi, dimiliki oleh siapapun dan dari golongan manapun. Bila ditinjau dari wujudnya  dapat dikatakan tidak terhinngaa, namun bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu ialah hidup bahagia di dunia dan akhirat.

            Dalam hubungan dengan pendidikan moral,untuk mewujudkan “harapan” itu sebagai berikut :
1.       Harapan seperti apa yang baik;
2.       Bagaimana caranya mencapai harapan itu;
3.       Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
            Sebab sering kita saksikan banyak orang tua terlalu mengharapkan kepada anak-anaknya agar menjadi seseorang yang memiliki jabatan atau pangkat yang tinggi. Menurut dugaannya bahwa semua pangkat, jabatan yang tinggi mamapu mamberikan kebahagiaan. Padahal belum tentu demikian. Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya didunia saja,namun di akhirat, maka sudah selayaknya “harapan ” untuk hidup bahagia dikedua tempat itu sudah kita niati.
            Orang yang hanya mengharapkan niatnya hidup kaya cenderung mudah sekali terseret kejalan yang kurangbaik. Tidak jarang lalu menghalalkan cara untuk mendapatkan kekayaan tersebut, tidak perduli itu teman atau lawan yang terpenting harapannya tercapai. Akhirnya bila sudah kaya semata mata semuanya itu hanya untuk memuaskan kehendaknya, memuakan hawa nafsunya. Karena kepuasannya dilandasi dengan hawa nafsu maka selamanya tidak akan puas. Dan akhirnya yang didapat bukanlah suatu kebahagiaan bila harapannya tidak tercapai namun suatu yang selalu meresahkan hatinya karena kehendaknya tidak terpenuhi.
            Tetapi lain halnya dengan orang yang menyadari sepnuhnya bahwa apa yang ada pada dirinya hanyalah titipan Tuhan, yang penggunaannya pun harus sesuai dengan kehendak-Nya. Maka orang itu orang itu tidak akan pernah risau banyak atau sedikit yang didapat maka ia akan mengeluarkannya dengan ikhlas untuk kepentingan yang disenangi oleh Tuhan.
E.       HARAPAN TERAKHIR
            Menurut aristoteles, hidup dan kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Ia belum sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada dibumi dan jagad raya berasal dari Tuhan. Dalam hidup didunia, manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan yang beragam. Untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup, manusia belajar dari manusia lain, baik informal maupun formal agar kehidupnya dapat lebih sejahtera.
            Manusia meiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat kebendaan, sedangkan kebetuhan rohani dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya rohani, khususnya keagamaan.Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar kebutuhan yang bersifat duniawi saja,tetapi juga bersifat ukhrowi.Dengan demikian orang harus memikirkan soal-soal yang bersifat dunia - akhirat. Semakin tinggi kesadaran kehidupan beragama semakin yakinlah mereka bahwa semua manusia akhirnya akan mati .




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
            Manusia dan harapan itu ibarat ruh didalam tubuh manusia, tanpa harapan atau cita - cita manusia bagaikan mati sebelum ajal. Artinya semua manusia pasti mempunyai harapan, entah itu diungkapkan atau tidak. Jadi harapan itu sifatnya manusiawi dan ada pada setiap pribadi manusia. Intinya manusia dan harapan adalah satu ,tidak akan terpisah.




Daftar Pustaka

maria_c.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/38951/ibd+11.ppt